ALMANAK JAWA
Tahun Jawa dimulai sejak jaman salah seorang Raja Hindu
keturunan Aji Saka membangun kerajaan di India, yaitu pada tahun 78 M. Semula
tahun Aji saka ini dihitung berdasarkan peredaran matahari, seperti halnya
tahun Masehi.
Sampai suatu saat ketika Sri Sultan Agung, Raja Mataram
berkuasa, yaitu pada tahun 1.555 Saka atau pada tahun 1.043 Hijriyah bertepatan
dengan tahun 1.633 Masehi, beliau mengubah tahun Saka menjadi tahun Jawa. Dan
yang semula dihitung berdasarkan peredaran matahari, diubah berdasarkan
peredaran bulan.
Maka sejak itu
bilangan hari-hari tahun Jawa dan bulan-bulannya seperti bilangan hari-hari dan bulan-bulan kalender Hijriyah.
Bedanya dalam menetapkan daur/siklus antara keduanya. Untuk tahun Hijriyah
daur/siklusnya 30 (tiga puluh) tahun, sedangkan untuk tahun Jawa daur/siklusnya
8 (delapan) tahun/satu windu. Dalam setiap satu windu ada 3 (tiga) tahun kabisat, yaitu tahun ke
dua, ke lima dan dank e delapan. Sedangkan yang lain adalah tahun Bashithoh.
Untuk tahun Hijriyah dalam waktu 120 (seratus dua puluh) tahun terdapat 44
(empat puluh empat) tahun kabisat, sedangkan tahun Jawa terdapat 45 (empat
puluh lima) tahun kabisat.
Oleh karena itu kerajaan di Surakarta memutuskan tahun
1.674 dan tahun 1.784 sebagai tahun bashithoh. Padahal seharusnya keduanya
adalah tahun kabisat. Hal ini untuk menyesusaikan agar tahun Jawa yang
sebenarnya adalah tahun Hijriyah dapat sesuai dengan asalnya, dengan diubahnya
dari siklus asalnya 30 (tiga puluh tahun) menjadi 8 (delapan) tahun/satu windu.
Maka setiap 120 (seratus dua puluh) tahun pasti diadakan pemotongan 1 (satu) hari, yaitu mengubah tahun
kabisat menjadi tahun bashithoh, seperti telah dilakukan oleh Kerajaan
Surakarta 2 (dua) kali.
Menurut cerita, pada pertama kali tahun Jawa diberlakukan
sebagai penanggalan resmi oleh Sultan Agung, yaitu pada tahun 1.555 Jawa,
tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif jatuh pada hari Jum'ah Legi / (اعاه
كي ). Kemudian pada tahun 1.627 Jawa, secara
resmi telah diberlakukan bahwa tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif jatuh pada
hari Kamis Kliwon/ (امس وون ), maju satu hari. Dan kemudian pada tahun 1.747 Jawa,
tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif juga diajukan satu hari menjadi Rebo Wage /
(ابوكي ), seperti yang
terkenal sampai saat ini.
Seharusnya sejak tahun 1.867 Jawa, sudah harus diajukan 1
(satu) hari menjadi tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif, jatuh pada hari
Selasa Pon /(اسافون ), dan besok pada tahun 1.987 Jawa, sudah harus
diajukan 1 (satu) hari, menjadi tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif, jatuh
pada hari Senin Pahing / (انين هيغ ). Dan begitu seterusnya setiap 120 (seratus dua puluh) tahun
harus diajukan 1 (satu) hari. Namun oleh karena setelah berlakunya Aboge itu
kemudian tidak ada penguasa yang secara resmi mempergunakan sebagai penanggalan
Jawa untuk kalender kegiatannya, akhirnya orang hanya mengenal Aboge saja, dan
tidak diadakan penyesuaian, walaupun sudah lebih dari 120 (seratus dua puluh)
tahun.
Nama-nama bulan penanggalan Jawa itu, juga diambil dari
nama-nama bulan Hijriyah, yang sebagian telah diadakan perubahan sesuai dengan
kegiatan yang menonjol di bulan itu, atau sesuai dengan mudahnya mengucapkan
menurut lidah orang Jawa.
Berikut ini
nama-nama bulan Jawa serta asalnya/bulan Hijriyah
Nama bulan
Jawa
|
Berasal
nama bulan Hijriyah
|
Nama bulan
Jawa
|
Berasal
nama bulan Hijriyah
|
S U
R O
S A P A R
M U L U D
BA'DA
MULUD
JUMADIL
AWAL
JUMADIL
AKHIR
|
MUHARROM
SHOFAR
ROBI'UL
AWAL
ROBI'UL
AKHIR
JUMADIL
ULA
JUMADIL
TSANIYAH
|
R E J E B
R U W A H
P O
S O
SYAWAL
S E
L O
B E
S A R
|
R O J A B
SYA'BAN
ROMADLON
SYAWAL
DZULQO'DAH
DZULHIJJAH
|
MENCARI AWAL
TAHUN JAWA
Untuk mencari awal tahun Jawa, para ahli falak Jawa telah
membuat rumusan yang sangat mudah, yaitu dengan memakai tahun Jawa menjadi 8
(delapan)/satu windu, setiap tahun diberi nama dengan huruf ABJAD, yaitu : و ج
ا هى ج ز د ب
Keterangan :
1. Tahun Wau 4. Tahun Ha' 7. Tahun Dal
2. Tahun Jim Akhir 5. Tahun Jim Awal 8. Tahun
Ba'
3. Tahun Alif 6. Tahun Zay
Rumus yang
sangat terkenal disebut dengan ABOGE, walaupun sebenarnya harus sudah diadakan
penyesuaian menjadi ASAPON, seperti beriut ini :
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
A BO GE
HA HAD PON
JA AH GI
ZA SA HING
|
Tahun ALIF
Rebo Wage
Tahun HA'
Ahad Pon
JIM AWAL
Jum'ah Pon
Tahun ZAY
Selasa Pahing
|
DAL TU GI
BI MIS GI
WAU NIN
WON
JA AH GI
|
Tahun DAL
Sabtu Legi
Tahun BA'
Kamis Legi
Tahun Wau
Senin Kliwon
Jim Akhir
Jum'ah Legi
|
Seharusnya
rumusan tersebut sejak tahun 1.867 Jawa sudah harus diubah seperti berikut ini :
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
A SA PON
HA TU HING
JA MIS
HING
ZA NIN GI
|
Tahun ALIF
Selasa Pon
Tahun HA'
Sabtu Pahing
JIM AWAL
Kamis Pahing
Tahun ZAY
Senin Legi
|
DAL AH WON
BI BO WON
WAU HAD GE
JA MIS PON
|
Tahun DAL
Jum'ah Kliwon
Tahun BA'
Rebo Kliwon
Tahun WAU
Ahad Wage
JIM AKHIR
Kamis Pon
|
Untuk
mengetahui awal bulan dalam tahun Jawa tersebut, juga telah tersusun rumusan
sebagai berikut :
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
ROM JI JI
PAR LU JI
UWALPATMO
UHIR NE MO
DIWALTUPAT
DIHIR RO
PAT
|
Muharrom
dino 1 pasaran 1
Sapar Dino
3 Pasaran 1
R. Awal
Dino 4 Pasaran 5
R. Akhir
Dino 6 Pasaran 5
J. Awal
Dino 7 Pasaran 4
J. Akhir
Dino 2 Pasaran 4
|
JAB LU LU
BAN MO LU
DONNEMRO
WAL JI RO
DAH RO JI
JAH PAT JI
|
Rojab Dino
3 Pasaran 3
Sya'ban
Dino 5 Pasaran 3
Romadlon
Dino 6 Pasaran 2
Syawal
Dino 1 Pasaran 2
Dzulqo'dah
Dino 2 Pasaran 1
Dzulhijjah
Dino 4 Pasaran 1
|
Contoh
mengetahui awal tahun 1.414 H./1926 Jawa, adalah tahun ZA, dihitung ZA NIN GI,
tahun ZA tanggal 1 Muharrom hari Senin Legi, maka untuk mengetahui awal
bulan-bulannya, dihitung sebagai berikut :
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
R U M U S
|
ARTI RUMUS
|
ROM JI JI
PAR LU JI
UWALPATMO
UHIR NE MO
DIWALTUPAT
DIHIR RO
PAT
|
Muharrom
Senin Legi
Sapar Rebo
Legi
R. Awal
Kamis Kliwon
R. Akhir
Sabtu Kliwon
J. Awal
Ahad wage
J. Akhir Selasa
Wage
|
JAB LU LU
BAN MO LU
DONNEMRO
WAL JI RO
DAH RO JI
JAH PAT JI
|
Rojab Rebo
Pon
Sya'ban
Jum'at Pon
Romadlon
Sabtu Pahing
Syawal
Senin Pahing
Dzulqo'dah
Selasa Legi
Dzulhijjah
Kamis Legi
|
Sedangkan cara yang mudah untuk mengetahui nama tahun
Jawa, yaitu tahun Hijriyah dibagi 8 (delapan) dan sisanya dihitung dengan
huruf و ج
ا هى ج ز د ب . Apabila tahun Hijriyah itu ditambah 512 (lima ratus dua
belas), maka akan diketemukan tahun Jawa. Contoh mencari tahun 1.414 H. jatuh
pada tahun apa dan tahun berapa menurut tahun Jawa ?
Keterangan :
8 ) 1.414 ( 176
8 Sisa
6 adalah tahun ZA
61 Tahun
Jawa = Tahun Hijriyah (1.414) + 512 = Tahun
1.926
56 Awal tahun ZA dihitung
SENIN LEGI
54 Tahun
ZA tanggal 1 Muharrom tahun 1.926 SENIN LEGI
48
Sisa = 6
Beberapa
catatan :
1.
Tahun Jawa sebenarnya tahun Hijriyah yang diprimbonkan,
sebagai usaha para muballigh terdahulu untuk menjadikan kebudayaan Islam
menjadi bagian yang menyatu dan tidak terpisahkan dengan budaya Jawa.
2.
Nama-nama sebagian bulan yang terdapat kegiatan Islam
yang masyhur diganti dengan nama kegiatannya itu sendiri, adalah merupakan amar
ma'ruf yang sangat bijaksana. Misalnya bulan Muharrom diganti dengan bulan
'Asyuro' karena ada kegiatan hari 'Asyuro'; bulan Robi'ul Awal dan
Robi'ul Akhir diganti dengan bulan Maulud dan Ba'da Maulud, karena ada kegiatan
memperingati hari maulud dalam dua bulan tersebut; bulan Sya'ban diganti
dengan bulan Ruwah karena ada kegiatan mengirim doa kepada para arwah
dalam bulan tersebut atau selamatan unggahan; bulan Romadlon diganti
dengan Poso, karena diwajibkan puasa pada bulan tersebut; bulan
Dzulqo'dah diganti Selo karena berada di sela-sela dua hari raya; dan
bulan Dzulhijjah diganti Besar untuk mengingatkan bahwa 'Idul Adha adalah
hari raya yang BESAR.
3.
Hisab ABOGE yang sebenarnya sudah harus diganti dengan
nama ASAPON yang menjadi dasar perhitungan tahun Jawa, adalah ciptaan para
Ulama ahli falak yang ulung dari Ahlusunnah Wal Jama'ah, bukan ciptaan tukang kelenik
seperti dugaan sementara orang. Hal ini terbukti dengan alas an sebagai berikut
:
a.
Awal tahun ABOGE/ASAPON adalah tahun WAU yang merupakan
angka utama menurut abjad. Konon menurut riwayat, pertama kali diberlakukan di
Jawa tanggal 1 Muharrom tahun Alif jatuh pada hari Ju'mat yang merupakan hari ke
enam menurut kebiasaan ahli falak;
b.
Nama-nama tahun dalam satu daur/satu windu memakai huruf abjad
'aroby, yang merupakan kebiasaan yang dipakai oleh ahli falak. Nama-nama
tahun tersebut adalah و ج ا هى
ج ز د ب .
c.
Penggantian sebagian nama-nama bulan dengan nama lain
yang merupakan kegiatan yang sangat menonjol, yang selalu diamalkan oleh
Ahlisunnah Wal Jama'ah, seperti menghormati hari 'Asyuro', memperingati hari
Maulid Nabi Muhammad saw., mengirim doa pada orang yang meninggal di bulan
Sya'ban, yang merupakan kegiatan rutin Ahlisunnah Wal Jama'ah.
d.
Rumusan hisab ABOGE/ASAPON sangat mudah dan sangat
sederhana, dapat dihitung dengan jari. Padahal semestinya harus menghitung
dengan rumit, sehingga jarang orang yang mampu mengerjakannya. Itu saja hanya
dapat menemukan harinya, tidak sampai menemukan pasarannya. Berbeda dengan
ABOGE/ASAPON yang lengkap hari dan pasarannya.
TERIMAKASIH SAUDARAKU, TAPI AKU TETAP AKU
ReplyDeletejawa tulen...
ReplyDeletejare dadi wong jowo ra njawani ra apik.
ReplyDeleteBubere tanggal 12Agustus nang mae siti
mau tanya, kalau tahun 1224 H pada tahun alif, brarti kalau di Masehikan jadinya tahun berapa?
ReplyDeleteAssalamu’alaikum wr wb salam kenal Al Falakiyah kediri, saya H Bakri Syam dari pakanbaru riau, setelah saya simak paparan di atas tampaknya perhitungan Islam ABOGE ada persamaan dengan perhitungan rasullulah saw, tetapi ada perbedannya yg saya ketahui diantaranya : 1) tahun 1 bukan huruf Alif tetapi huruf Ha. 2) sebab mulai membilang dari nol. uruf tahu yg ke 7 bukan jin 3 tetapi urufnya Dal 4 . yg mau saya tanyakan ,apa dasar perhitungan / landasannya kok dapat ketetapan seperti itu, dari saya seperti ini :
ReplyDelete” Telah berkata Rasulullah SAW:
“Aku lihat dimalam Israk denganku akan sej umlah kalimat di tiang Arasy sebagai berikut : “Allahul Hadi” satu kali, “Hudallah” lima kali, “Jamalul Fi’li” tiga kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali, “Dinullah” empat kali, “ Badi ussamawati walArdhi” dua kali, “Wailun liman asha” enam kali
, “Dinullah” empat kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali, “Jamalul fi’li” tiga kali, “Hudallah” lima kali, “Wailun Liman asha” enam kali, “allahul hadi” satu
kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali ,“Dinullah” empat kali,“Hudallah” lima kali, Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Allahul Hadi” satu kali “Jamalul Fi’li”tiga kali.”
Berkata Rasulullah SAW:
“Ambil olehmu awal kalimat yang delapan pertama menjadi huruf Tahun dan awal kalimat yang sebanyak dua belas kedua menjadi huruf Bulan, maka himpunlah huruf tahun dengan huruf bulan, artinya jumlahkanlah, maka mulailah membilang dari hari Rabu atau Kamis , dan dihari mana sampai bilangan, maka hari itu adalah awal bulan itu
”, dan Rasulullah SAW berkata:
“Takwim adalah jalanku, selain puasa Ramadhan”.