Wednesday 13 June 2012

Kalender Jawa Islam



ALMANAK JAWA
Tahun Jawa dimulai sejak jaman salah seorang Raja Hindu keturunan Aji Saka membangun kerajaan di India, yaitu pada tahun 78 M. Semula tahun Aji saka ini dihitung berdasarkan peredaran matahari, seperti halnya tahun Masehi.

Sampai suatu saat ketika Sri Sultan Agung, Raja Mataram berkuasa, yaitu pada tahun 1.555 Saka atau pada tahun 1.043 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1.633 Masehi, beliau mengubah tahun Saka menjadi tahun Jawa. Dan yang semula dihitung berdasarkan peredaran matahari, diubah berdasarkan peredaran bulan.
 Maka sejak itu bilangan hari-hari tahun Jawa dan bulan-bulannya seperti bilangan   hari-hari dan bulan-bulan kalender Hijriyah. Bedanya dalam menetapkan daur/siklus antara keduanya. Untuk tahun Hijriyah daur/siklusnya 30 (tiga puluh) tahun, sedangkan untuk tahun Jawa daur/siklusnya 8 (delapan) tahun/satu windu. Dalam setiap satu windu ada         3 (tiga) tahun kabisat, yaitu tahun ke dua, ke lima dan dank e delapan. Sedangkan yang lain adalah tahun Bashithoh. Untuk tahun Hijriyah dalam waktu 120 (seratus dua puluh) tahun terdapat 44 (empat puluh empat) tahun kabisat, sedangkan tahun Jawa terdapat 45 (empat puluh lima) tahun kabisat.
Oleh karena itu kerajaan di Surakarta memutuskan tahun 1.674 dan tahun 1.784 sebagai tahun bashithoh. Padahal seharusnya keduanya adalah tahun kabisat. Hal ini untuk menyesusaikan agar tahun Jawa yang sebenarnya adalah tahun Hijriyah dapat sesuai dengan asalnya, dengan diubahnya dari siklus asalnya 30 (tiga puluh tahun) menjadi 8 (delapan) tahun/satu windu. Maka setiap 120 (seratus dua puluh) tahun pasti diadakan pemotongan        1 (satu) hari, yaitu mengubah tahun kabisat menjadi tahun bashithoh, seperti telah dilakukan oleh Kerajaan Surakarta 2 (dua) kali.
Menurut cerita, pada pertama kali tahun Jawa diberlakukan sebagai penanggalan resmi oleh Sultan Agung, yaitu pada tahun 1.555 Jawa, tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif jatuh pada hari Jum'ah Legi / (اعاه كي   ). Kemudian pada tahun 1.627 Jawa, secara resmi telah diberlakukan bahwa tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif jatuh pada hari Kamis Kliwon/        (امس وون  ), maju satu hari. Dan kemudian pada tahun 1.747 Jawa, tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif juga diajukan satu hari menjadi Rebo Wage / (ابوكي ), seperti yang terkenal sampai saat ini.
Seharusnya sejak tahun 1.867 Jawa, sudah harus diajukan 1 (satu) hari menjadi tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif, jatuh pada hari Selasa Pon /(اسافون ), dan besok pada tahun 1.987 Jawa, sudah harus diajukan 1 (satu) hari, menjadi tanggal 1 (satu) Muharrom tahun Alif, jatuh pada hari Senin Pahing / (انين هيغ ). Dan begitu seterusnya setiap 120 (seratus dua puluh) tahun harus diajukan 1 (satu) hari. Namun oleh karena setelah berlakunya Aboge itu kemudian tidak ada penguasa yang secara resmi mempergunakan sebagai penanggalan Jawa untuk kalender kegiatannya, akhirnya orang hanya mengenal Aboge saja, dan tidak diadakan penyesuaian, walaupun sudah lebih dari 120 (seratus dua puluh) tahun.
Nama-nama bulan penanggalan Jawa itu, juga diambil dari nama-nama bulan Hijriyah, yang sebagian telah diadakan perubahan sesuai dengan kegiatan yang menonjol di bulan itu, atau sesuai dengan mudahnya mengucapkan menurut lidah orang Jawa.

Berikut ini nama-nama bulan Jawa serta asalnya/bulan Hijriyah
Nama bulan Jawa
Berasal nama bulan Hijriyah
Nama bulan Jawa
Berasal nama bulan Hijriyah
S  U  R  O
S A P A R
M U L U D
BA'DA MULUD
JUMADIL AWAL
JUMADIL AKHIR
MUHARROM
SHOFAR
ROBI'UL AWAL
ROBI'UL AKHIR
JUMADIL ULA
JUMADIL TSANIYAH
R E J E B
R U W A H
P  O  S  O
SYAWAL
S   E   L  O
B   E   S   A   R
R O J A B
SYA'BAN
ROMADLON
SYAWAL
DZULQO'DAH
DZULHIJJAH





MENCARI AWAL TAHUN JAWA
Untuk mencari awal tahun Jawa, para ahli falak Jawa telah membuat rumusan yang sangat mudah, yaitu dengan memakai tahun Jawa menjadi 8 (delapan)/satu windu, setiap tahun diberi nama dengan huruf ABJAD, yaitu : و  ج   ا  هى ج   ز د ب   
Keterangan :
1.    Tahun Wau                                    4.  Tahun Ha'                            7.  Tahun Dal
2.   Tahun Jim Akhir                              5.  Tahun Jim Awal                   8.  Tahun Ba'
3.   Tahun Alif                                      6.  Tahun Zay
Rumus yang sangat terkenal disebut dengan ABOGE, walaupun sebenarnya harus sudah diadakan penyesuaian menjadi ASAPON, seperti beriut ini :

R U M U S
ARTI RUMUS
R U M U S
ARTI RUMUS
A BO GE
HA HAD PON
JA AH GI
ZA SA HING
Tahun ALIF Rebo Wage
Tahun HA' Ahad Pon
JIM AWAL Jum'ah Pon
Tahun ZAY Selasa Pahing
DAL TU GI
BI MIS GI
WAU NIN WON
JA AH GI
Tahun DAL Sabtu Legi
Tahun BA' Kamis Legi
Tahun Wau Senin Kliwon
Jim Akhir Jum'ah Legi

Seharusnya rumusan tersebut sejak tahun 1.867 Jawa sudah harus diubah seperti    berikut ini :
R U M U S
ARTI RUMUS
R U M U S
ARTI RUMUS
A SA PON
HA TU HING
JA MIS HING
ZA NIN GI
Tahun ALIF Selasa Pon
Tahun HA' Sabtu Pahing
JIM AWAL Kamis Pahing
Tahun ZAY Senin Legi
DAL AH WON
BI BO WON
WAU HAD GE
JA MIS PON
Tahun DAL Jum'ah Kliwon
Tahun BA' Rebo Kliwon
Tahun WAU Ahad Wage
JIM AKHIR Kamis Pon

Untuk mengetahui awal bulan dalam tahun Jawa tersebut, juga telah tersusun rumusan sebagai berikut :
R U M U S
ARTI RUMUS
R U M U S
ARTI RUMUS
ROM JI JI
PAR LU JI
UWALPATMO
UHIR NE MO
DIWALTUPAT
DIHIR RO PAT
Muharrom dino 1 pasaran 1
Sapar Dino 3 Pasaran 1
R. Awal Dino 4 Pasaran 5
R. Akhir Dino 6 Pasaran 5
J. Awal Dino 7 Pasaran 4
J. Akhir Dino 2 Pasaran 4
JAB LU LU
BAN MO LU
DONNEMRO
WAL JI RO
DAH RO JI
JAH PAT JI
Rojab Dino 3 Pasaran 3
Sya'ban Dino 5 Pasaran 3
Romadlon Dino 6 Pasaran 2
Syawal Dino 1 Pasaran 2
Dzulqo'dah Dino 2 Pasaran 1
Dzulhijjah Dino 4 Pasaran 1

Contoh mengetahui awal tahun 1.414 H./1926 Jawa, adalah tahun ZA, dihitung ZA NIN GI, tahun ZA tanggal 1 Muharrom hari Senin Legi, maka untuk mengetahui awal bulan-bulannya, dihitung sebagai berikut :

R U M U S
ARTI RUMUS
R U M U S
ARTI RUMUS
ROM JI JI
PAR LU JI
UWALPATMO
UHIR NE MO
DIWALTUPAT
DIHIR RO PAT
Muharrom Senin Legi
Sapar Rebo Legi
R. Awal Kamis Kliwon
R. Akhir Sabtu Kliwon
J. Awal Ahad wage
J. Akhir Selasa Wage
JAB LU LU
BAN MO LU
DONNEMRO
WAL JI RO
DAH RO JI
JAH PAT JI
Rojab Rebo Pon
Sya'ban Jum'at Pon
Romadlon Sabtu Pahing
Syawal Senin Pahing
Dzulqo'dah Selasa Legi
Dzulhijjah Kamis Legi

Sedangkan cara yang mudah untuk mengetahui nama tahun Jawa, yaitu tahun Hijriyah dibagi 8 (delapan) dan sisanya dihitung dengan huruf   و  ج   ا  هى ج   ز د ب . Apabila tahun Hijriyah itu ditambah 512 (lima ratus dua belas), maka akan diketemukan tahun Jawa. Contoh mencari tahun 1.414 H. jatuh pada tahun apa dan tahun berapa menurut tahun Jawa ?
Keterangan :
            8 ) 1.414 ( 176
                     8                         Sisa 6 adalah tahun ZA
                     61                        Tahun Jawa = Tahun Hijriyah (1.414) + 512 = Tahun  1.926
                     56                        Awal tahun ZA dihitung SENIN LEGI   
                       54                      Tahun ZA tanggal 1 Muharrom tahun 1.926 SENIN LEGI
                       48                     
Sisa     =             6

Beberapa catatan :

1.       Tahun Jawa sebenarnya tahun Hijriyah yang diprimbonkan, sebagai usaha para muballigh terdahulu untuk menjadikan kebudayaan Islam menjadi bagian yang menyatu dan tidak terpisahkan dengan budaya Jawa.
2.       Nama-nama sebagian bulan yang terdapat kegiatan Islam yang masyhur diganti dengan nama kegiatannya itu sendiri, adalah merupakan amar ma'ruf yang sangat bijaksana. Misalnya bulan Muharrom diganti dengan bulan 'Asyuro' karena ada kegiatan hari 'Asyuro'; bulan Robi'ul Awal dan Robi'ul Akhir diganti dengan bulan Maulud dan Ba'da Maulud, karena ada kegiatan memperingati hari maulud dalam dua bulan tersebut; bulan Sya'ban diganti dengan bulan Ruwah karena ada kegiatan mengirim doa kepada para arwah dalam bulan tersebut atau selamatan unggahan; bulan Romadlon diganti dengan Poso, karena diwajibkan puasa pada bulan tersebut; bulan Dzulqo'dah diganti Selo karena berada di sela-sela dua hari raya; dan bulan Dzulhijjah diganti Besar untuk mengingatkan bahwa 'Idul Adha adalah hari raya yang BESAR.
3.       Hisab ABOGE yang sebenarnya sudah harus diganti dengan nama ASAPON yang menjadi dasar perhitungan tahun Jawa, adalah ciptaan para Ulama ahli falak yang ulung dari Ahlusunnah Wal Jama'ah, bukan ciptaan tukang kelenik seperti dugaan sementara orang. Hal ini terbukti dengan alas an sebagai berikut :
a.   Awal tahun ABOGE/ASAPON adalah tahun WAU yang merupakan angka utama menurut abjad. Konon menurut riwayat, pertama kali diberlakukan di Jawa tanggal 1 Muharrom tahun Alif jatuh pada hari Ju'mat yang merupakan hari ke enam menurut kebiasaan ahli falak;
b.   Nama-nama tahun dalam satu daur/satu windu memakai huruf abjad 'aroby, yang merupakan kebiasaan yang dipakai oleh ahli falak. Nama-nama tahun tersebut adalah و  ج   ا  هى ج   ز د ب  .
c.    Penggantian sebagian nama-nama bulan dengan nama lain yang merupakan kegiatan yang sangat menonjol, yang selalu diamalkan oleh Ahlisunnah Wal Jama'ah, seperti menghormati hari 'Asyuro', memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw., mengirim doa pada orang yang meninggal di bulan Sya'ban, yang merupakan kegiatan rutin Ahlisunnah Wal Jama'ah.
d.   Rumusan hisab ABOGE/ASAPON sangat mudah dan sangat sederhana, dapat dihitung dengan jari. Padahal semestinya harus menghitung dengan rumit, sehingga jarang orang yang mampu mengerjakannya. Itu saja hanya dapat menemukan harinya, tidak sampai menemukan pasarannya. Berbeda dengan ABOGE/ASAPON yang lengkap hari dan pasarannya.

           

5 comments:

  1. TERIMAKASIH SAUDARAKU, TAPI AKU TETAP AKU

    ReplyDelete
  2. jare dadi wong jowo ra njawani ra apik.

    Bubere tanggal 12Agustus nang mae siti

    ReplyDelete
  3. mau tanya, kalau tahun 1224 H pada tahun alif, brarti kalau di Masehikan jadinya tahun berapa?

    ReplyDelete
  4. Assalamu’alaikum wr wb salam kenal Al Falakiyah kediri, saya H Bakri Syam dari pakanbaru riau, setelah saya simak paparan di atas tampaknya perhitungan Islam ABOGE ada persamaan dengan perhitungan rasullulah saw, tetapi ada perbedannya yg saya ketahui diantaranya : 1) tahun 1 bukan huruf Alif tetapi huruf Ha. 2) sebab mulai membilang dari nol. uruf tahu yg ke 7 bukan jin 3 tetapi urufnya Dal 4 . yg mau saya tanyakan ,apa dasar perhitungan / landasannya kok dapat ketetapan seperti itu, dari saya seperti ini :
    ” Telah berkata Rasulullah SAW:
    “Aku lihat dimalam Israk denganku akan sej umlah kalimat di tiang Arasy sebagai berikut : “Allahul Hadi” satu kali, “Hudallah” lima kali, “Jamalul Fi’li” tiga kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali, “Dinullah” empat kali, “ Badi ussamawati walArdhi” dua kali, “Wailun liman asha” enam kali
    , “Dinullah” empat kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali, “Jamalul fi’li” tiga kali, “Hudallah” lima kali, “Wailun Liman asha” enam kali, “allahul hadi” satu
    kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali ,“Dinullah” empat kali,“Hudallah” lima kali, Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Allahul Hadi” satu kali “Jamalul Fi’li”tiga kali.”
    Berkata Rasulullah SAW:
    “Ambil olehmu awal kalimat yang delapan pertama menjadi huruf Tahun dan awal kalimat yang sebanyak dua belas kedua menjadi huruf Bulan, maka himpunlah huruf tahun dengan huruf bulan, artinya jumlahkanlah, maka mulailah membilang dari hari Rabu atau Kamis , dan dihari mana sampai bilangan, maka hari itu adalah awal bulan itu
    ”, dan Rasulullah SAW berkata:

    “Takwim adalah jalanku, selain puasa Ramadhan”.

    ReplyDelete